Berkomunikasi kini sudah semakin dimudahkan dengan hadirnya aplikasi perpesanan instan dan salah satunya adalah aplikasi WhatsApp. Aplikasi yang sudah di unduh lebih dari 1 miliar ini digunakan diberbagai negara dan salah satunya adalah di Indonesia. Berbagai fitur mumpuni yang dimilikinya sangat memudahkan orang-orang berkomunikasi hingga jarak jauh sekalipun. Apalagi aplikasi ini gratis sehingga siapapun pasti sangat terbantu.

Tapi belakangan ini nampaknya WhatsApp sedang ramai diperbincangkan karena adanya aksi peretasan terhadap akun aplikasi tersebut. Bagaimana peretasan ini bisa terjadi?

Sedang Ramai! Akun WhatsApp Bisa Diretas dengan 4 Cara Ini!Peretasan WhatsApp

Tindak kejahatan yang berupa pembobolan akun WhatsApp ini bisa terjadi setelah pelakunya memiliki kode OTP untuk masuk ke sebuah akun. Bagi yang belum tahu kode OTP atau One Time Password adalah password yang digunakan sekali pakai untuk akses ke sebuah akun. Cara mendapatkannya dikirim dari layanan internet ke SMS atau telpon ke nomor yang terdaftar.

Dari pakar keamanan siber sekaligus pendiri komunitas Ethical Hacker Indonesia bernama Teguh Aprianto menyebutkan ada 4 cara yang dilakukan oknum untuk melakukan pembobolan akun WhatsApp. Diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Call Forwarding

Call forwarding adalah salah satu fitur yang disediakan oleh operator yang berfungsi untuk mengalihkan komunikasi telepon dari satu nomor ponsel ke nomor ponsel lainnya. Namun, fitur ini nampaknya disalahgunakan hingga akhirnya dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan.

Biasanya yang dilakukan pelaku untuk menjalankan aksinya adalah dengan mengelabui korban untuk mengaktifkan call forwarding milik ponsel si korban itu sendiri. Bagaimana cara kerjanya? Cara kerjanya yakni dengan menekan **21* lalu dilanjut dengan nomor tujuan yang ingin dialihkan. Setelah itu tekan tombol # YES/OK.

2. SIM Swap

SIM swap merupakan salah satu tindak kejahatan yang caranya adalah dengan mengambil alih kartu SIM seluler korban. Untuk melakukan ini pun cara yang dilakukan pelaku bisa dengan mencuri telepon genggamnya hingga membuat kartu SIM baru dengan berbagai upaya penipuan.

Kasus ini pun sudah terjadi di Indonesia setelah salah seorang pemilik akun bank bernama Ilham Bintang kehilangan uangnya sebesar Rp 385 juta. Tentu saja pencurian ini berhasil dilakukan oleh pelaku berkat kartu SIM saja karena pada SIM tersebut terdapat sejumlah akses bank dengan nomor yang terdaftar itu. Dalam kasus peretasan WhatsApp, hacker sangatlah mudah dalam mendapatkan kode OTP karena kartu SIM tersebut sudah dikuasai.

3. Spyware

Setelah dua tindakan tadi melibatkan aksi pelaku, kin cara peretasan yang satu ini menggunakan bantuan berupa spyware atau alat mata-mata yang disisipkan pada sebuah objek tertentu seperti smartphone untuk merekam aktivitas korban. Spyware juga bisa memantau aktivitas yang ada didalam handphone korban seperti memantau SMS atau panggilan telepon. Darimanakah spyware bisa tersusupi?

Dengan download aplikasi atau file secara sembarangan inilah yang memicu spyware dapat menyusupi perangkat genggam milik korban. Oleh karena itu sebagai pemilik ponsel cerdas kita sendiri pun sebagai pemiliknya harus lebih cerdas dibandingkan itu. Karena kejahatan sudah bisa beraksi lewat mana saja termasuk salah satunya dengan spyware yang memanfaatkan celah teknologi.

Sangat sulit melihat apakah ponsel kita disusupi spyware atau tidak. Namun, kita bisa memanfaatkan kewaspadaan kita terhadap ponsel kita sendiri. Seperti perhatikan dari penggunaan data internet. Apabila penggunaannya dikategorikan tidak wajar maka disini kamu sudah patut curiga. Karena transmisi kirim data dengan jumlah yang tidak wajar mengakibatkan penggunaan data seluler juga tidak wajar. Atau pantau saja dari aktivitas ponsel seperti munculnya aplikasi aneh secara tiba-tiba dan suhu ponsel yang selalu memanas padahal tidak digunakan.

4. Pegasus

Ini mungkin kedengarannya asing untuk kita. Pegasus adalah sebuah piranti lunak yang dikembangkan oleh NSO Technologies dan perusahaan ini adalah perusahaan mata-mata Israel. Software ini umum digunakan oleh agen intelijen untuk kepentingan mata-mata.

Pegasus mampu menargetkan aplikasi WhatsApp sebagai incarannya. Bahkan terdapat sebuah kasus bahwa WhatsApp telah menuduh NSO Group melakukan pereteasan terhadap 1.400 akun WhatsApp.

Software ini nampaknya terlihat lebih membahayakan daripada sebuah spyware biasa. Pasalnya, Pegasus tak hanya mampu membaca SMS, email dan riwayat pencarian web pengguna, melainkan mampu juga melakukan panggilan telepon, pelacakan lokasi, membajak mikrofon dan mengaktifkan kamera ponsel. Lebih bahaya bukan?

Penutup

Untuk itu bagi pengguna WhatsApp apalagi yang isinya adalah bisnis harus lebih hati-hati dan waspada. Kita tidak tahu kapan kejahatan teknologi ini bisa berjalan tanpa disadari. Ada baiknya lakukan pencegahan diri seperti jangan mudah meminjamkan ponsel ke orang lain meskipun kita kenal. Kemudian jangan mudah sebarkan informasi data pribadi khususnya ke platform yang tidak terpercaya keamanannya.